Selasa, 08 November 2011

Memberi Maaf


Ketika si sulung di rumah berkata “ bu..aku sampai kapanpun tidak akan memaafkan dede”. Dede adalah sebutan buat adiknya. Kalimat tersebut diucapkan dengan suara mengglegar, dengan bola mata memerah penuh dendam dan amarah.Ooo… rupanya si sulung merasa tersinggung oleh ulah adiknya, sehingga keluarlah barisan kata yang bergolak tadi sehingga ia berang.” Maaf” adalah kata yang diucapkan kepada seseorang untuk minta dibebaskan daripada kesalahnnya. Meminta maaf adalah hal yang sering luput dalam keseharian kita, terkadang kata itu pelit diucapkan. Kata Nabi SAW “Maaf  itu  tidak akan menambah pada manusia, selain kemuliaan, maka maafkanlah, semoga Allah memaafkanmu”.
Diriwayatkan bahwa salah seorang budak Ja’far Ash-Shadiq r.a, salah seorang cucu nabi s.a.w mengucurkan air dari kendi perak buatan Persia keatas kedua tangan tuannya itu lalu mengenai pakaiannya. Ja’far As-shadiq r.a merasa budaknya tidak hati-hati menjalankan tugasnya lalu memandang dengan tatapan murka. Lalu budaknya mengingatkan dengan ayat Al-qur’an seraya membaca:” Dan orang-orang yang menahan amarah”. Ja’far As-shadiq r.a menjawab: “ Aku telah menahan amarahku”. Lalu budak itu meneruskan ayat itu seraya membaca: “ Dan orang-orang yang telah memberi maaf kepada manusia”. Ja’far Ash-shadiq r.a. menjawab lagi : “ Aku telah memaafkanmu”. Budaknya itu mengakhiri ayat itu seraya membaca: “ Dan Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebaikan” (Ali Imran: 134) Lalu Ja’far Ash-Shadiq berkata kepadanya :” Pergilah, sekarang engkau aku merdekakan semata karena Allah Ta’ala dan engkau aku beri seribu dinar”.  
 Menurut Komarudin Hidayat, secara matematis, orang yang bersalah bernilai negatif (-), sedang orang yang menjaga kebenaran bernilai positif (+) . Sementara itu nilai sejati yang dibutuhkan antar sesama dalam pergaulan adalah kesetaraan : nol (0). Ketika orang lain berbuat salah kepada kita, itu artinya nilai benar dari orang tersebut pindah pada diri kita.
Kita tidak perlu menyimpan dan merawat daftar dosa dan kesalahan orang lain karena akan memenuhi hati kita dengan hal-hal yang tidak seharusnya kita simpan. Maka diperlukan “memberi”. Lagi-lagi menurut Komarudin bahwa memberi maaf tak ubahnya berbagi harta dan kemuliaan, bahkan lebih mulia dari sedekah yang arogan. Sebab “ Perkataan yang baik dan pemberian maaf lebih baik dari sedekah yang diiringi dengan sesuatu yang menyakitkan (perasaan si penerima) Allah maha kaya lagi maha penyantun”.
Agar nilai nol tetap terjaga, bila ada orang yang berbuat salah kepada kita tak perlu ada dendam dan amarah. Yang diperlukan adalah kelembutan dan ketegasan dan sikap untuk saling mengingatkan. Manakala ada teman kita meminta maaf  baik berdusta, ataupun benar , baiknya kita maafkan . Karena menurut nabi s.a.w : “Barangsiapa yang dimintai maaf  oleh temannya, lalu ia tidak mau menerima permintaan maafnya, maka atasnya seperti dosa orang yang mengambil cukai”. Dan memberi maaf itu dekat kepada taqwa sebagaimana firman Allah”Dan jika engkau memberi maaf, maka itu lebih dekat untuk bertaqwa”.  Lalu mengapa kita tiada maaf?...