Senin, 02 Juli 2012

Merenda Hati

“Daripada sakit hati lebih baik sakit gigi” apa ada yang mau?. Bagi orang yang tidak pernah merasakan sakit gigi syair lagu itu terdengar datar dan tidak menyiksa, tapi bagi yang berlangganan sakit gigi, waduh…. Sangat menyiksa sekali. Lebih baik tidak dua-duanya!. Namun pesan yang disampaikan lirik ini adalah sakit hati memang tiada terkira perihnya, sakit gigi dapat diobati, sakit hati tidak ada dokter spesialis manapun yang dapat menyembuhkannya. Yang dapat mengobati hati hanya Dia sang pemilik hati.

 Hati , adalah anggota tubuh yang berfungsi sebagai alat kepekaan dan menerima perasaan. Hati dinamakan juga qalbu (al-qalb). Memiliki pengertian “sesuatu yang paling orisinal dan paling mulia” dan menunjukkan arti “ membalikkan sesuatu dari satu sisi ke sisi lainnya”. “Tidaklah dinamakan qalbu Melainkan karena bolak-baliknya Dan dapat memalingkan manusia tahap demi tahap”. Hati adakalanya dapat menyelamatkan manusia dan adakalanya membinasakan. Adakalanya didalam hati manusia ada tarikan yang mulia sehingga manusia itu selamat dan adakalanya ada tarikan hati yang merusak sehingga manusia itu bisa celaka. Baiknya seseorang itu bergantung pada baiknya hatinya. Sebagaimana sabda nabi junjungan kita bahwa”sesungguhnya didalam jasad itu terdapat segumpal daging, jika ia baik maka seluruh tubuh menjadi baik, dan jika ia rusak maka seluruh tubuh akan rusak”. Baiknya seseorang bukan ditentukan otaknya, bukan kepalanya, bukan kakinya, bukan pula anggota tubuh yang lainnya. Hatilah yang menentukan hitam putih kehidupan.

Penyakit yang sering menyelinap di relung hati adalah cemburu dan benci dan itu adalah hal yang menyakitkan. Hati yang sakit senantiasa melihat persoalan selalu dengan pandangan negatif seperti diibaratkan bila kita menggunakan kacamata hitam, segala apapun yang kita lihat akan nampak gelap. Bila mata sudah gelap syetanlah yang menjadi pemimpin dan petunjuknya. Senantiasa sertakan bisikan robbani maka syetanpun akan menjauh. Al-ghazali mengumpamakan hati, adalah bagaikan raja, dan badannya adalah seperti kekuasaan, kekuatan aqliyahnya yang berfikir adalah seperti menterinya, dan sifat-sifat yang tercela adalah seperti polisi. Selama hati masih sanggup menggunakan petunjuk menteri dan bertindak dalam kerajaan seperti petunjuk akal maka ia pun bersikap lurus dalam kekuasaannya.Dengan demikian Hati harusnya menjadi pemimpin yang ditaati nafsu dan anggota badan lainnya harusnya mentaati perintah-perintah dan larangan-larangannya. Jika tidak, keadaannya menjadi akan terbalik rajapun akan menjadi tawanan yang tunduk ditangan seorang musuh.

Kondisi hati seseorang sangatlah berbeda-beda. Ada hati yang terbuka yang seolah didalamnya terdapat pelita yang bercahaya, ada hati yang terikat pada penutupnya, hati yang terbalik, dan ada juga hati yang rata. Hati yang terbuka adalah seseorang yang beriman dan pelita yang terdapat didalamnya adalah cahayanya, hati yang tertutup adalah hati orang kafir, hati yang terbalik adalah hati orang munafik sejati, mengakui kemudian mengingkari, sedangkan hati yang rata adalah hati yang didalamnya terdapat keimanan dan kemunafikan; perumpaman iman didalamnya adalah seperti tumbuh-tumbuhan yang mengalirkan air yang bersih dan perumpamaan nifak didalamnya adalah seperti bisul yang mengeluarkan darah dan nanah, mana diantara materi yang lebih kuat atas yang lain maka ia lebih dominan.

Hati itu unik dengan berbagai keistimewaan. Ikhlas, tawakal, rasa takut (khauf), harapan (roja’), taubat adalah urusan hati. Kenalilah hati, niscaya kita dapat mengelolanya. Tidak ada manusia yang dapat mengukur dalamnya hati. Jangan pernah menyimpan ruang dalam hati untuk membenci dan menyakiti. Sediakan selalu ruang untuk senyum dan cinta kasih. Janganlah mencubit hati seseorang, kalau kita tidak ingin dicubit.

Selasa, 08 November 2011

Memberi Maaf


Ketika si sulung di rumah berkata “ bu..aku sampai kapanpun tidak akan memaafkan dede”. Dede adalah sebutan buat adiknya. Kalimat tersebut diucapkan dengan suara mengglegar, dengan bola mata memerah penuh dendam dan amarah.Ooo… rupanya si sulung merasa tersinggung oleh ulah adiknya, sehingga keluarlah barisan kata yang bergolak tadi sehingga ia berang.” Maaf” adalah kata yang diucapkan kepada seseorang untuk minta dibebaskan daripada kesalahnnya. Meminta maaf adalah hal yang sering luput dalam keseharian kita, terkadang kata itu pelit diucapkan. Kata Nabi SAW “Maaf  itu  tidak akan menambah pada manusia, selain kemuliaan, maka maafkanlah, semoga Allah memaafkanmu”.
Diriwayatkan bahwa salah seorang budak Ja’far Ash-Shadiq r.a, salah seorang cucu nabi s.a.w mengucurkan air dari kendi perak buatan Persia keatas kedua tangan tuannya itu lalu mengenai pakaiannya. Ja’far As-shadiq r.a merasa budaknya tidak hati-hati menjalankan tugasnya lalu memandang dengan tatapan murka. Lalu budaknya mengingatkan dengan ayat Al-qur’an seraya membaca:” Dan orang-orang yang menahan amarah”. Ja’far As-shadiq r.a menjawab: “ Aku telah menahan amarahku”. Lalu budak itu meneruskan ayat itu seraya membaca: “ Dan orang-orang yang telah memberi maaf kepada manusia”. Ja’far Ash-shadiq r.a. menjawab lagi : “ Aku telah memaafkanmu”. Budaknya itu mengakhiri ayat itu seraya membaca: “ Dan Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebaikan” (Ali Imran: 134) Lalu Ja’far Ash-Shadiq berkata kepadanya :” Pergilah, sekarang engkau aku merdekakan semata karena Allah Ta’ala dan engkau aku beri seribu dinar”.  
 Menurut Komarudin Hidayat, secara matematis, orang yang bersalah bernilai negatif (-), sedang orang yang menjaga kebenaran bernilai positif (+) . Sementara itu nilai sejati yang dibutuhkan antar sesama dalam pergaulan adalah kesetaraan : nol (0). Ketika orang lain berbuat salah kepada kita, itu artinya nilai benar dari orang tersebut pindah pada diri kita.
Kita tidak perlu menyimpan dan merawat daftar dosa dan kesalahan orang lain karena akan memenuhi hati kita dengan hal-hal yang tidak seharusnya kita simpan. Maka diperlukan “memberi”. Lagi-lagi menurut Komarudin bahwa memberi maaf tak ubahnya berbagi harta dan kemuliaan, bahkan lebih mulia dari sedekah yang arogan. Sebab “ Perkataan yang baik dan pemberian maaf lebih baik dari sedekah yang diiringi dengan sesuatu yang menyakitkan (perasaan si penerima) Allah maha kaya lagi maha penyantun”.
Agar nilai nol tetap terjaga, bila ada orang yang berbuat salah kepada kita tak perlu ada dendam dan amarah. Yang diperlukan adalah kelembutan dan ketegasan dan sikap untuk saling mengingatkan. Manakala ada teman kita meminta maaf  baik berdusta, ataupun benar , baiknya kita maafkan . Karena menurut nabi s.a.w : “Barangsiapa yang dimintai maaf  oleh temannya, lalu ia tidak mau menerima permintaan maafnya, maka atasnya seperti dosa orang yang mengambil cukai”. Dan memberi maaf itu dekat kepada taqwa sebagaimana firman Allah”Dan jika engkau memberi maaf, maka itu lebih dekat untuk bertaqwa”.  Lalu mengapa kita tiada maaf?...
  

Sabtu, 05 November 2011

SULITNYA BERBUAT IKHLAS

Ketika kita sedang berkendara baik naik angkot, bis kota, ataupun kereta api sering kali menjumpai para pengamen mendendangkan lagu dan para penumpang memberikan sedekah berupa uang recehan. Bersedekah kepada pengamen di bis kota atau di angkot karena ingin  menghentikan nyanyiannya yang fals, bersedekah kepada pengemis hanya untuk menghentikan rengekannya , ataupun menjenguk orang yang sakit supaya kita dijenguk apabila sakit nanti,  menurut Al-Ghazali gambaran tersebut diatas adalah perbuatan tiadanya  keikhlasan. Keikhlasan yang sempurna tidak bisa diilustrasikan kecuali oleh orang yang sudah larut dalam cinta kepada Allah  dan mengutamakan negeri akhirat. Pernah ditanyakan kepada seorang shalih “apakah yang paling berat bagi jiwa?  Ia menjawab  “keikhlasan”. 
Ikhlas dapat juga disamakan dengan murni menurut kamus Bahasa Indonesia ikhlas itu  adalah rela, jujur, suci hati. Murni adalah suci, bersih sekali misalnya cinta yang murni, cinta yang tulus didasarkan kasih sayang yang tulus, emas murni adalah emas yang belum tercampur dengan benda apapun, misalnya perak, perunggu, dll. Menurut Al-ghazali ikhlas memilliki hakikat yaitu sesuatu yang bersih dari campuran yang dapat mencemarinya.
Para guru dan da’i memberi nasehat kepada kita agar ikhlas dalam bekerja dan beramal. Namun, pada kenyataannya kita sering tidak ikhlas dalam melakukan kebaikan. Kita bekerja dan beramal baik sering bukan karena Allah, tetapi karena pertimbangan lain yang lahir dari hawa nafsu, seperti mencari muka (riya’) dan mencari popularitas (sum’ah). Dalam kacamata sufisme, kedua sifat ini merupakan penyakit yang dapat menggerogoti  keikhlasan seseorang dan mendekatkannya ke pintu gerbang kemusyrikan. Berkenaan dengan hal ini menurut As Samarkhandi rhm, suatu amal yang dilakukan  demi Allah akan diterima, dan suatu amal yang dilakukan  demi manusia akan ditolak sebagaimana firman Allah, “Dan kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan, lalu kami jadikan amal itu  (bagaikan) debu yang berterbangan (QS.Al Furqon : 23). Dalam kisah diceritakan bahwa ada seorang lelaki yang berhijrah dari Mekah ke Madinah bukan maksud untuk mendapatkan keutamaan hijrah, melainkan bisa menikahi seorang wanita yang bernama Ummu Qais. Lelaki itu dijuluki orang yang berhijrah kepada Ummu Qais. Al-fudhai pernah berkata: “Meninggalkan amal karena manusia itu adalah riya’ dan beramal karena manusia adalah syirik, sedang ikhlas itu ialah bila Allah membebaskannya dari kedua sifat itu”.
Ikhlas merupakan kesadaran agama yang memperlihatkan kedekatan hubungan seseorang dengan Tuhannya. Ma’rifat merupakan salah satu cara pendekatannya. Usaha kita dalam menggapai  ma’rifatullah adalah dengan ilmu. Tak heran Al-Ghazali pernah berkata:”Semua orang akan binasa kecuali orang yang berilmu. Orang yang berilmu pun akan binasa, kecuali mereka yang beramal. Dan yang terakhir pun  binasa, kecuali mereka yang tulus dalam beramal”.
Orang yang ikhlas atau mukhlis mempunyai tanda-tanda yang bisa dikenali, antara lain; takut mendapatkan popularitas, banyak berdiam, tidak mencari pujian, tidak pelit memuji orang yang berhak mendapat pujian dan sanjungan dengan berbagai kriterianya, meluruskan  amal dalam beramal, bersabar dalam menapaki jalan panjang yang sangat berat sementara pertolongan belum kunjung tiba, bergembira dengan keberhasilan lawannya atau minimal tidak marah karena hal itu. Tips agar kita selalu ikhlas dalam berbagai hal diantaranya; 
  •   Berdo’a dan memohon perlindungan kepada Allah
  •   Ilmu , mengetahui akan pentingnya keikhlasan,
  •   Kesungguhan (mujahadah), 
  • Berteman dengan para mukhlisin, 
  •    Membaca biography para salaf dan para shalihin.
Nabi Muhammad SAW pernah bersabda bahwa Allah berfirman: “ Ikhlas itu adalah salah satu rahasia-Ku yang Aku titipkan dalam hati hamba-Ku yang Aku cintai. Semoga…!



Kamis, 03 November 2011

C I N T A

" Hidup tanpa cinta bagai taman tak berbunga…” sepenggal syair lagu yang cukup populer sering terdengar di radio maupun televisi itu memang benar adanya. Bahkan peribahasa mengatakan “ a life without love is like a night without stars”.

Cinta menurut kamus bahasa Indonesia adalah kasih sayang yang besar sekali. Cinta ini biasanya dimanifestasikan kepada orang tua, adik, kakak dsb. Selain itu cinta merupakan kasih sayang yang besar sekali dan keinginan memiliki, hal ini dimanifestasikan kepada kekasih. Bukti kebenaran cinta menurut Nabi Muhammad ada pada tiga hal, yaitu: memilih ucapan sang kekasih daripada ucapan orang lain ; memilih duduk bersama sang kekasih daripada bersama orang lain; memilih kerelaan sang kekasih daripada kerelaan orang lain. Bahkan cinta itu adalah adanya rasa terikat dan ingin memilikinya terus dan kalau perlu berkorban untuk mempertahankannya, diantaranya yaitu cinta akan tanah air, negara, dan bangsa.

. Bila telah mantap cinta seseorang maka timbullah kerinduan kepada kekasihnya sebagaimana syair lagu “…rindu..betapa rindu hatiku tiada tertahan, kau tinggalkan daku seorang…”. Betapa besar kenikmatan pencinta bila ia mendatangi kekasihnya setelah lama merindukannya dan berhasil memandang terus tanpa adanya pengganggu dan penghambat . Cinta atau dalam bahasa Arab disebut Mahabbah adalah kecintaan kepada Allah dengan sepenuh hati, dan diwujudkan dalam ketaatan yang tulus terhadap agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad s.a.w. Mahabbah adalah buah iman kepada Allah. Tidaklah ada yang patut yang dicintai selain Allah Ta’ala karena Dia lah sang pencipta dan pemberi asal fitrah. Dialah pula yang penyebab kelangsungan, kekalahan, dan keselamatan. Dia yang berbuat baik dalam setiap keadaan dan Dia lah yang bagus dan yang baik dimana setiap keindahan dan kebaikan adalah sebagai pertanda kemurahan-Nya.

Telah disebutkan dalam kabar – kabar Dawud as, bahwa Allah Ta’ala berfirman : “Ya Dawud sampaikan kepada penghuni bumi-Ku bahwa Aku ini adalah kekasih bagi siapa yang mencintai Aku, teman duduk bagi siapa yang duduk dengan-Ku. Pemilih bagi siapa saja yang memilih-Ku, dan siapa saja yang taat kepada-Ku. Bila seorang hamba mencintai-Ku dan Aku ketahui ini sebagai keyakinan dari hatinya, maka Aku menerimanya bagi diri-Ku dan mencintainya dengan kecintaan yang tidak didahului oleh siapapun dari makhluk-Ku. Barang siapa mencari-Ku dengan kebenaran, ia pun mendapati Aku. Dan siapa mencari selain Aku, iapun tidak menemui Aku.

Disebutkan dalam kisah bahwa bila Allah mencintai seorang hamba maka Dia mengujinya, bila ia sabar Allah memilihnya, bila ia rindu maka Allah mengutamakannya. Dikisahkan pula bahwa “Diantara tandanya cinta hamba kepada Allah Azza wajalla ialah mengutamakan apa yang dicintai oleh dirinya dan banyak menyebut hamba-Nya, maka ia pun tidak merasa jemu khalwat dan munajat lebih disukainya daripada menyibukkan diri dengan selain-Nya.

Telah diriwayatkan dari seorang ulama shalaf bahwa Allah Ta’ala mewahyukan kepada seorang shiddiq : “ Aku mempunyai hamba-hamba-Ku yang mereka itu mencintai-Ku dan Aku mencintai mereka. Mereka itu rindu kepada-Ku dan Aku rindu kepada mereka, mereka melihat kepada-Ku dan Aku melihat kepada mereka. Bila engkau ikut jalan mereka , Akupun mencintaimu, dan bila berpaling dari mereka Akupun mencintaimu. Allah berkata bahwa “ Sesungguhnya orang-orang yang rindu kepada-Ku, niscaya Aku bersihkan mereka dari kekeruhan Aku peringatkan mereka dan Aku buat celah didalam hati mereka darimana mereka memandang kepada-Ku. Sungguh dengan hati-hati Aku bawa mereka dengan tangan-Ku, lalu Aku meletakkannya diatas langit-Ku dan Aku panggil malaikat-malaikat-Ku yang cerdas. Bila mereka berkumpul merekapun sujud kepada-Ku. Maka Aku katakan :”Aku tidak memanggil kalian agar kalian sujud kepada-Ku namun akau panggil kalian untuk menunjukkan kepada kalian hati orang-orang yang rindu kepada-Ku. Mereka hatinya bersinar dilangit-Ku kepada para malaikat-Ku sebagaimana matahari bersinar kepada penduduk bumi”

Kecintaan kepada Allah merupakan dasar segala amal ibadah dan perikehidupan setiap muslim juga merupakan ciri seorang mukmin. Kecintaan pada Allah mestilah diwujudkan dalam sikap hidup yang lebih mencintai Allah dan Rasulnya dari apapun selain-Nya. Ku mencintai-Mu lebih dari apapun…

Selasa, 01 November 2011

Lidah…O...lidah

“Demi Allah yang tiada Tuhan selain Dia. Tiada sesuatu yang lebih perlu ditahan dalam waktu lama daripada menahan lidah”.

Hal tersulit selain menahan hawa nafsu adalah menahan lisan atau lidah . “memang lidah tak bertulang, tak berbekas kata-kata…” itulah sepenggal syair yang sering terdengar di telinga kita. Dengan lidah kita dapat mengurai kalimat-kalimat indah; memohon ampunan, dan harapan dengan lidah pula kita dapat melontarkan caci maki dan sumpah serapah. Disebabkan lidah dapat mengakibatkan berlinangnya air mata pula menghasilkan malapetaka

Lidah adalah anggota tubuh yang kecil tetapi dapat mengakibatkanhal-hal yang besar

Dalam komunikasi sehari-hari perlu kita menjaga lisan agar tidak banyak orang yang tersakiti, terkadang berbicara ceplas-ceplos bagi kebanyakan orang adalah hal yang biasa tetapi tidak dipungkiri bagi sebagian orang hal tersebut adalah tidak biasa. Kata-kata yang sering terlontar dengan nada canda seperti; “kasihan deh loe”..adalah hal yang biasa diselorohkan oleh satu teman kapada teman yang lain dimana teman tersebut sedang tertimpa kesusahan hal ini dilontarkan dengan enteng saja dan tanggapan si teman yang dikatai kata-katai tersebut hanya tersenyum-senyum saja, padahal sebenarnya dihati kecilnya mendengar kata-kata tersebut, kecut!.

Saling debat mempertahankan pendapat atau keyakinan sehingga terlontar kata-kata yang menyakitkan hingga melampaui batas seperti yang kerap terjadi dalam acara debat di berbagai televisi, ataupun di Face Book adalah hal yang seharusnya tidak terjadi apabila mengetahui bahwa “Barangsiapa tidak mau melakukan perdebatan sedang ia berbuat benar, maka dibangunkan baginya sebuah rumah di surga yang paling atas, barangsiapa tidak mau melakukan sedang ia berbuat salah, maka dibangunkan baginya sebuah rumah di surga bagian tepi” sehingga “beruntunglah orang yang menahan lisannya dari berbicara yang berlebihan..”. Biasanya dari perdebatan akan menimbulkan permusuhan yang hebat (keras) padahal kata Aisyah ra. “orang yang paling dibenci Allah adalah orang yang paling keras permusuhannya”. Mendebat dalam permusuhan tanpa disertai ilmu tetap dimurkai Allah hingga berhenti.

Lidah bagaikan pedang ,tips agar selalu dapat menahan lidah dengan cara :

  • beristighfar,
  • lebih baik diam kalau mau selamat
  • Tidak bersenda gurau berlebihan karena akan mematikan hati

Semoga kita menjadi orang yang beruntung dengan menahan lidah dari bicara yang berlebih-lebihan dan semoga tidak terjerumus dalam berbagai kesalahan. Silence is golden..